AL-QURAN 1

Sunday, August 31, 2014

Hati Yang Mati



Firman Allah (s.w.t) Surah Al-Baqarah Ayat7
"Khatamallahu 'alaa quluubihim wa'alaa sam'ihim wa'alaa abshaarihim ghisyaawatun walahum 'adzaabun 'adhiim" (Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat). 
(Al-Baqarah: 7).

Mengenai firman-Nya, Khatamallahu, As-Suddi mengatakan, artinya bahwa Allah Tabaraka wa Ta'ala telah mengunci mati.
Masih berkaitan dengan ayat ini, Qatadah mengatakan, "Setan telah menguasai mereka karena mereka telah mentaatinya. Maka, Allah mengunci mati hati dan pendengaran serta pandangan mereka ditutup, sehingga mereka tidak dapat melihat petunjuk, tidak dapat mendengarkan, memahami, dan berpikir."
Ibnu Juraij menceritakan, Mujahid mengatakan, Allah mengunci mati hati mereka. Dia berkata ath-thab'u artinya melekatnya dosa di hati, maka dosa-dosa itu senantiasa mengelilinginya dari segala arah sehingga berhasil menemui hati tersebut. Pertemuan dosa dengan hati tersebut merupakan kunci mati.
Lebih lanjut Ibnu Juraij mengatakan, kunci mati dilakukan terhadap hati dan pandangan mereka.
 
Ibnu Juraij juga menceritakan, Abdullah bin Katsir memberitahukan kepadaku bahwa ia pernah mendengar Mujahid mengatakan, arraan (penghalangan) lebih ringan daripada ath-thob'u (penutupan dan pengecapan), dan ath-thob'u lebih ringan daripada al-iqfaal (penguncian).

Al-A'masy mengatakan, Mujahid memperlihatkan kepada kami melalui tangannya, lalu ia menuturkan, mereka mengetahui bahwa hati itu seperti ini, yaitu telapak tangan. Jika seseorang berbuat dosa, maka dosa itu menutupinya sambil membongkokkan jari kelingkingnya, ia (Mujahid) mengatakan, "seperti ini," Jika ia berbuat dosa lagi, maka dosa itu menutupinya, Mujahid membongkokkan jarinya yang lain ke telapak tangannya. Demikian selanjutnya hingga seluruh jari-jarinya menutup telapak tangannya. Setelah itu Mujahid mengatakan, "Hati mereka itu terkunci mati."
Mujahid mengatakan, mereka memandang bahwa hal itu adalah ar-raiin (kotoran, dosa).
Hal yang sama juga diriwayatkan Ibnu jarir, dari Abu Kuraib, dari Waki', dari Al-A'masy, dari Mujahid.

Al-Qurthubi mengatakan, umat ini telah sepakat bahwa Allah SWT telah menyifati diri-Nya dengan menutup dan mengunci mati hati orang-orang kafir sebagai balasan atas kekufuran mereka itu, sebagaimana yang difirmankan-Nya, 
"Sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya." 
(An-Nisaa': 155).

Al-Qurthubi juga menyebutkan hadis Hudzaifah yang terdapat di dalam kitab As-Shahih, dari Rasulullah saw., beliau bersabda, "Fitnah-fitnah itu menimpa pada hati bagaikan tikar dianyam sehelai demi sehelai. Hati mana yang menyerapnya, maka digoreskan titik hitam padanya. Dan hati mana yang menolaknya, maka digoreskan padanya titik putih. Sehingga, hati manusia itu terbagi pada dua macam: hati yang putih seperti air jernih, dan ia tidak akan dicelakai oleh fitnah selama masih ada langit dan bumi. Dan yang satu lagi berwarna hitam kelam, seperti tempat minum yang terbalik, tidak mengenal kebaikan dan tidak pula mengingkari kemungkaran."

Ibnu Jarir mengatakan, yang sahih menurutku dalam hal ini adalah apa yang bisa dijadikan perbandingan, yaitu hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah saw. 

Dari Abu Hurairah r.a., ia menceritakan, Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin, jika ia mengerjakan suatu perbuatan dosa, maka akan timbul noda hitam dalam hatinya. Jika ia bertaubat, menarik diri dari dosa itu, dan mencari redha Allah, maka hatinya menjadi jernih. Jika dosanya bertambah, maka bertambah pula nodanya sehingga memenuhi hatinya. Itulah yang disebut ar-ran (penutup), yang disebut oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya, 'Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang telah mereka usahakan itu menutupi hati mereka'."


Hadis di atas diriwayatkan Imam Tirmidzi dan Nasa'i dari Qutaibah, Al-Laits bin Sa'ad. Serta Ibnu Ibnu Majah, dari Hisyam bin Ammar, dari Hatim bin Ismail dan Al-Walid bin Muslim. Ketiganya dari Muhammad bin Ajlan. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini bersetatus hasan sahih.

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, Rasulullah saw. memberitahukan dalam sabdanya bahawa dosa itu jika sudah bertumpuk-tumpuk di hati, maka ia akan menutupnya, dan jika sudah menutupnya, maka didatangkan padanya kunci mati dari sisi Allah Ta'ala, sehingga tidak ada lagi jalan bagi iman untuk menuju ke dalamnya, dan tidak ada jalan keluar bagi kekufuran untuk lepas darinya. Itulah kunci mati yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya, "Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka."
Perbandingan kunci mati terhadap apa yang masih dapat dijangkau oleh kasad mata, tidak dapat dibuka dan diambil isinya kecuali dengan memecahkan dan membongkar kunci mati itu dari barang itu. Demikian halnya dengan iman, ia tidak akan sampai ke dalam hati orang (oleh Allah SWT) telah terkunci mati hati dan pendengarannya, kecuali dengan membongkar dan melepas kunci mati tersebut dari hatinya.

Perlu diketahui bahwa waqaf taam (berhenti sempurna saat membacanya) adalah pada firman-Nya, Khatamallahu 'alaa quluubihim wa'alaa sam'ihim, "Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka." Dan juga pada firman-Nya, Wa'alaa abshaarihim ghisyaawah, "Serta penglihatan mereka ditutup," (ayat-ayat di atas) merupakan kalimat sempurna, dengan pengertian bahwa kunci mati itu dilakukan terhadap hati dan pendengaran. Sedangkan ghisyawah adalah penutup terhadap pandangan, sebagaimana yang dikatakan As-Suddi dalam tafsirnya, dari Ibnu Mas'ud, dari beberapa orang sahabat Rasulullah saw. mengenai firman-Nya, "Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka," ia mengatakan, 'Sehingga dengan demikian itu mereka (orang-orang kafir) tidak dapat berpikir dan mendengar. Dan dijadikan penutup pada pandangan mereka sehingga mereka tidak dapat melihat."

Setelah menyifati orang-orang mukmin pada empat ayat pertama surah Al-Baqarah, lalu memberitahukan keadaan orang-orang kafir dengan kedua ayat di atas, kemudian Allah SWT menjelaskan keadaan orang-orang munafik, yaitu mereka yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran.

Ketika keberadaan mereka semakin samar di tengah-tengah umat manusia, Allah SWT semakin gencar menyebutkan berbagai sifat kemunafikan mereka, sebagaimana Allah telah menurunkan surah Bara'ah dan Munafiqun tentang mereka serta menyebutkan mereka di dalam surah An-Nur dan surah-surah lainnya guna menjelaskan keadan mereka agar orang-orang menghindarinya dan juga menghindari dari terjerumus kepadnya. Selanjutnya Allah Ta'ala berifman (lihat pada ayat berikutnya, red). (Rahman).

Sumber: 
Terjemahan Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir), 
Tim Pustaka Imam Asy-Syafi'i
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam

Semoga Bermanafaat
Wallahu'alam

Friday, August 8, 2014

Sikap Penentu Kejayaan



Lebih kurang 25 tahun yang lalu, iaitu 1974, masyarakat melayu telah gempar dengan lahirnya seorang anak melayu yang telah mampu membaca akhbar pada usia tiga tahun.  Hampir kesemua media membuat liputan.   Hari ini, perkara sebegini bukanlah sesuatu yang mengkagumkan.  Dengan adanya pelbagai kemudahan dan teknologi multimedia, ramai anak-anak yang boleh membaca pada usia sebegini. 

Tetapi pada 25 tahun yang lalu, diawal 70an pastilah kebolehan seperti ini dikira sebagai menakjubkan.  Hinggakan Prof. Diraja Ungku Aziz membawa anak ini balik ke kampungnya untuk diberikan ujian IQ.   Pengarah Jins Shamsudin pula menjadikannya pelakun kecil.  Begitulah hebatnya anak yang bernama Mohd. Sohkeri Hadapi Aziz ini.  Melihat kepada kebolehan dan kehebatan anak maka tidak hairanlah kalau hari ini beliau menjadi doktor atau pensyarah muda.  Tanggal 22 November 1997 masyarakat melayu sekali lagi digemparkan.  Kali ini oleh peristiwa seorang anak muda yang bekerja sebagai pembuat roti canai telah didakwa kerana memiliki enam paket kecil ganja.  Beliau telah didakwa dibawah Seksyen Akta Dadah Berbahaya 1952 (pindaan 1983).   Inilah orangnya yang menjadi tajuk perbualan 25 tahun yang silam.  Inilah dia Mohd. Sohkeri yang pernah dibanggakan dulunya.  Beliau jauh sekali dari dikatakaan berjaya.  Malah apa yang beliau lakukan hari ini langsung tidak menggambarkan kebolehan sewaktu kecil beliau.   Rendahkah IQ lelaki ini?  Tidak sama sekali.  Tidak berkebolehankah lelaki ini?  Jauh sama sekali.  Yang silapnya kerana ia tidak pernah terdedah kepada ilmu kecemerlangan diri dan pembentukan sikap.

Pastinya lebih ramai lagi.
Saya yakin, kalau perkara seperti ini boleh berlaku kepada seorang individu, ia juga telah berlaku, sedang berlaku dan akan terus berlaku kepada ramai lagi manusia lain.  Berapa ramai lagi agaknya yang senasib beliau.   Kita hanya mendengar cerita Mohd. Sohkeri.  Bagaimana pula dengan begitu ramai yang mungkin waktu kecilnya cemerlang kini tidak mampu meneruskan kecemerlangan ini.   Saya sendiri telah menemui begitu ramai pelajar yang mendapat 5A dalam UPSR, atau 8A dalam PMR, akhirnya kecundang salam SPM.  Mereka sekadar berpuashati dengan Gred 2 atau Gred 3 sahaja.  Ada yang lebih teruk sehingga mendapat SAP.
Persoalannya adakah mereka yang gagal dalam kehidupan hari ini selayaknya gagal?  Atau mereka tidak tahu yang sebenarnya dalam diri mereka ada sebutir permata yang tinggi nilainya dan belum digilap.  Inilah yang dikatakan sikap.  Tidak ada ertinya IQ yang tinggi serta kebolehan yang luarbiasa tetapi malas berusaha.  Sentiasa tangguh kerja, main-main dan ambil mudah.   Mereka ini berpenyakit tetapi tidak menyedarinya.  Kalau AIDS dan JE boleh membunuh diri, penyakit sikap ini pula boleh membunuh harapan dan masa depan.

Bagaimana sikap terbentuk? 
Sikap adalah sesuatu yang dipelajari melalui pengamatan, pendengaran dan pengalaman.  Dengan kata lain, sikap adalah tindakan dan tingkahlaku diri berlandaskan cara fikir seseorang individu.  Dua orang yang mempunyai cara fikir yang berbeza akan bertindakbalas secara berbeza juga terhadap sesuatu peristiwa atau persekitaran.  Cara fikir merubah tingkah laku seseorang dan mempengaruhi sikap seseorang.  Cara fikir sebenarnya sesuatu yang dipelajari dan ditiru.  Antara sumber-sumbernya ialah:
·         Orang sekeliling - Ibu bapa, guru-guru, rakan-rakan, idola
·         Pengaruh media - TV, radio, internet
·         Bahan bacaan - novel, majalah, akhbar, buku-buku.
·         Persekitaran - Agama, bangsa, kebudayaan
·         Peristiwa silam - besar atau kecil
·         Pengalaman
Sebab itulah ada pepatah yang mengatakan bapa borek anak rintek.  Kalau bapa jenis panas baran maka anaknya berkemungkinan juga demikian.  Tetapi tidak pula semua anak berkelakuan serupa seperti bapa.  Mungkin anak  yang lain pula cukup mengkagumi gurunya dan kebetulan pula guru seorang yang penyabar.
Maka sikap panas baran bapa tidak ditiru oleh anak  ini kerana dia dapat menilai bahawa sikap itu tidak menguntungkan sesiapa.   Dalam keadaan ini, pengaruh guru lebih besar atas diri anak ini dalam konteks tersebut.  Jadi seorang anak membesar dengan meniru tingkah laku orang lain.   Sikap-sikap negatifnya mungkin diperolehi daripada gabungan pelbagai sumber.   Pemarah macam ayah, boros macam emak, malas macam abang, pakaian macam artis, buang masa macam rakan-rakan dan sebagainya.  Begitu juga dengan sikap positifnya juga ditiru dari orang lain.  Berani macam ayah, bercakap benar macam emak, suka mencuba macam abang, gigih macam artis pujaan dan hormat ibu bapa macam rakan.
Satu kelemahan otak ialah ia menerima segala maklumat yang dilihat dan didengar ini, sama ada positif atau negatif, tanpa sekatan.  Apabila maklumat yang sama diterima berulang-ulangkali maka sedikit sebanyak mula terbentuk kepercayaan dalam diri bahawa tidak salah untuk menerima pakai atau meniru cara orang lain ini.  Keadaan ini berlaku di bawah kesedaran seseorang.   Ia berlaku dalam tempoh masa yang panjang sebelum menjadi lazim dalam pemikiran.   Setelah ia menjadi kebiasaan segala tindak balas kita menjadi spontan dan kerap kali tindakan kita diluar kawalan diri. 

Bolehkah sikap diubah?
Sikap yang negatif boleh diubah kepada positif hampir serta merta.  Misalnya anda membonceng motisikal rakan.  Rakan anda membawa motisikal dengan laju dan gopoh-gapah.  Anda tumpang seronok.  Akibatnya berlaku kemalangan dan rakan anda mati ditempat kejadian.  Ketika itu juga anda berkemungkinan besar mula mengubah sikap anda apabila membawa motosikal.  Walau pun ia berlaku hanya sekali dalam kehidupan, tetapi pengalam tersebut cukup menyakitkan dan menyedihkan.  Ia mengubah cara fikir anda serta merta.  Sikap anda juga berubah serta merta. 
Sebenarnya untuk berubah anda tidak memerlukan masa yang panjang.  Masa yang panjang sebenarnya untuk kita mengumpul maklumat dan membina keyakinan serta kepercayaan sememangnya perubahan diri itu sesuatu yang mesti dilakukan.  Setelah anda membuat keputusan, perubahan berlaku serta merta.   Masa yang panjang ini sebenarnya boleh disingkatkan dengan syarat anda mendapatkan maklumat yang diperlukan untuk menyokong kepercayaan anda untuk berubah itu sekarang.   Anda perlu mendapatkan maklumat dari orang yang boleh memberikannya kepada anda.   Sekiranya anda seorang pelajar, kursus Motivasi Alihan Pelajar salah satu tempat yang terbaik untuk anda mendapatkan maklumat ini.
Ramai yang tidak menyedari bahawa sikap ibarat pakaian yang boleh dipilih untuk disarungkan kebadan.  Bagaimana mudahnya menukar pakaian begitu juga mudahnya mengubah sikap.  Dengan syarat tahu rahsia dan kaedahnya. 
Untuk berubah sikap, setiap kepercayaan dan pegangan hidup yang negatif perlu digugat, dicabar, dibenci dan kemudiannya digantikan dengan alternatif yang baru.  Proses ini lebih mudah dilakukan sekiranya dibantu oleh seseorang  yang pakar dalam bidangnya.  Perhatikan sejenak, adakah sikap anda selama ini membolehkan anda menggunakan sepenuhnya potensi diri yang ada pada diri anda?   Setiap kali guru memberikan markah ujian, cuba tanyakan diri anda, adakah ini yang terbaik boleh dilakukan oleh anda?  Kalau tidak, apa yang menghalang anda melakukan yang terbaik?  Tiada yang menghalang kecuali diri anda sendiri.  Kalau anda tidak mengubah sikap dan cara fikir anda sekarang, anda juga pastinya mencapai sesuatu yang serupa 5 - 10 tahun yang akan datang.  Yang berubah ketika itu mungkin lokasi anda, rakan-rakan anda dan fizikal luaran anda tetapi dalamnya tetap sama.  Kalau sekarang anda gagal di sekolah maka 5-10 tahun akan datang anda bakal gagal pula dialam pekerjaan.  Sebab itulah anda perlu berubah, dan perubahan itu perlu dilakukan sekarang! 

Allah s.w.t telah berfirman yang mafhumnya, "tidak akan aku ubah nasib sesuatu kaum itu sehinggalah mereka ubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri".


Catatan ini disalin dari:

Dr. Tengku Asmadi bin Tengku Mohamad, Ph.D


Semoga bermanafaat

Wallahu'alam.